Santri Pondok Wali Barokah Kediri |
LDII | PAC Ngaresrejo - Syeikh Abdul Aziz Ridwan di dalam
pemaparannya saat menerima kunjungan ulama dan toko agama Kabupaten Bima yang dipimpin oleh Drs. H. M. Saleh Karim mengatakan, dasar kurikulum Ponpes Wali Barokah adalah
mencetak para dai pemula sebanyak-banyaknya.
Agama Islam di zaman
sekarang terus dihujani kultur negara Barat. Generasi muda lebih
mengidolakan artis-artis negara Barat dibanding para Nabi. Tidak hanya
itu mereka berusaha merusak Islam dengan cara beradu argumen (perang
urat syaraf) lewat opini maupun tulisan yang tersebar di media online.
Apalagi mereka penguasa di bidang teknologi dan informasi.
“ini artinya kondisi agama Islam dalam
keadaan genting. Ini yang harus kami benahi yang sifatnya segera,
artinya tidak bisa ditunda lagi untuk masyarakat awam. Kami membentuk
para dai dengan mengajari mereka tentang basis Islam. Mencetak dai
pemula cukup dua tahun tanpa harus menunggu puluhan tahun. Kalau
ditunda, ibarat sebuah perahu yang akan tenggelam,” tutur Syeikh Abdul
Aziz Ridwan.
Gagasan inilah yang menjadi acuan
dasar kurikulum Ponpes Wali Barokah. Sebelum menjadi santri ponpes Wali
Barokah, para santri menjalani tes. Tes pertama, para santri mengikuti
pembelajaran etika seorang murid. Mereka harus dibersihkan dari sifat
jelek sehingga hati mereka bersih. Kalau hati mereka bersih maka di
dalam perilakunya berhias sifat yang baik-baik. Ibarat orang yang akan
melaksanakan ibadah salat maka harus dibersihkan dulu dengan berwudu.
Begitu juga didalam mencari ilmu, sebelum menerima ilmu mereka harus
bersih hatinya.
Tes Kedua, Pembelajaran ilmu pegon
(menulis arab melayu). Mencari ilmu itu tidak cukup hanya di hafalkan
namun harus ditulis, sehingga kalau nanti mereka lupa ilmunya bisa
dibuka lagi catatan tulisannya. Kemudian dites kemampuan baca Alquran
dengan fasih dan sesuai dengan makhrad tajwidnya.
Kurikulum Ponpes Wali Barokah terbagi empat kelas tahapan. Pertama, Kelas Lambatan, para santri didikte agar bisa memaknai (menulis) dan memahami ilmu Alquran dan Alhadits himpunan. Kelas lambatan dilaksanakan selama enam bulan dan mereka menerima ilmu secara runut tanpa dikurangi dan tidak melebar sehingga para santri bisa memahami.
Kurikulum Ponpes Wali Barokah terbagi empat kelas tahapan. Pertama, Kelas Lambatan, para santri didikte agar bisa memaknai (menulis) dan memahami ilmu Alquran dan Alhadits himpunan. Kelas lambatan dilaksanakan selama enam bulan dan mereka menerima ilmu secara runut tanpa dikurangi dan tidak melebar sehingga para santri bisa memahami.
Kedua, Kelas Cepatan, setelah santri
lulus di kelas lambatan santri mengikuti tahapan berikutnya yakni kelas
cepatan. Materi kelas cepatan tetap sama yakni makna Alquran namun
penerapannya berbeda karena membahas masalah hukum-hukum muamalah,
ibadah, ahli waris dan yang lain-lain. Untuk kelas cepatan ini para
santri harus mengikuti selama satu tahun.
Ketiga, Kelas Tambahan. Di kelas
tambahan para santri dilatih menjadi dai yang berkarakter dan mampu
memanajemen masalah perekonomian selama tiga bulan. Para santri juga
dibekali wawasan kebangsaan sehingga tidak meninggalkan budaya tanah
air dan terhindar dari sikap radikal. “Kami bisa contohkan penyebaran
Islam yang berada di negara Eropa. Penyebaran mereka sangat cepat tapi
hilangnya juga cepat, bisa kita lihat banyak masjid-masjid di sana
sekarang dijadikan museum. Yang mereka lakukan hanya ngebom sana ngebom
sini, mereka berdakwah dengan cara kekerasan,” ungkap Syeikh Abdul Aziz
Ridwan.
Keempat, Kelas Ujian. para santri
selama empat bulan akan menjalani masa ujian dan tes yang selama ini
mereka mendapatkan ilmu di ponpes Wali Barokah. Tidak hanya di uji saja
akan tetapi mereka juga dilatih kemandiriannya sehingga mereka bisa
tampil secara matang di dalam masyarakat.
Setelah mereka lulus dengan runtutan
tahapan kelas tersebut, mereka akan ditugaskan dan dikirim di seluruh
penjuru tanah air. Mereka akan ditugaskan minimal selama satu tahun.
Dan setiap bulannya Ponpes Wali Barokah meluluskan dai antara 400-500
orang yang akan disebar di seluruh penjuru tanah air, untuk menyebarkan
dasar ilmu agama Islam. Sumber: www.ldii.or.id
Posting Komentar