WUJUD SYUKUR DI HARI KEMERDEKAAN

Baliho warga LDII Ngaresrejo
LDII Ngaresrejo - LDII Jatim | Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tidak diperoleh dengan cuma-cuma, tapi direbut dengan susah payah, berat dan sangat panjang jalan ceritanya dengan mengorbankan segalanya baik harta maupun nyawa taruhannya oleh pejuang sejati rakyat Indonesia.

Betapa beratnya rakyat Indonesia waktu itu, 350 tahun dijajah oleh Belanda dan Jepang. Harta benda, kekayaaan alam dikeruk, diambil, dibawa pulang ke negara mereka. Rakyat Indonesia diperbudak, dijadikan pekerja paksa untuk mengeruk kekayaaan bumi pertiwi.  Tak sedikit rakyat Indonesia yang mati karena perlakukan kasar sang penjajah.

Tiap hari rakyat Indonesia dipaksa bekerja tanpa upah tanpa makan dan minum dengan dijaga ketat oleh penjajah atau orang Indonesia sendiri yang jadi anteknya penjajah. Jika rakyat  tidak mau bekerja maka sudah otomatis siksa dihadapi dengan dicampuk, dipukul atau siksaan lainnya. Meskipun dalam keadaan lapar dan haus rakyat Indonesia dipaksa untuk tetap bekerja paksa.

350 tahun bukan waktu yang sedikit, Indonesia dijajah, kepedihan penderitaan datang silih berganti, hingga saatnya tiba, pemuda-pemuda dan tokoh Indonesa bersatu padu melawan penjajah. Doa restu dari ibu saat saat pamit berangkat berjuang menjadi dasar dari semangat pejuang untuk melangkah pergi berjuang.

Mereka berikrar biarlah hari ini berlumuran darah, asal suatu saat Indonesia bisa Merdeka. Senjata yang tidak lengkap dan tidak seimbang bukan penghalang bagi seorang pejuang sejati, senapan, meriam, bom tidak menjadikan takut, tapi menjadi pelecut semangat yang membara untuk lepas dari penjajah dengan teriakan Merdeka.

Hari demi hari perang gerilya dilakukan pejuang Indonesia, menyusuri sawah, kebun, hutan, melangka tegap tanpa sepatu, melintasi (barongan, carang) jadi santapan sehari-hari, dengan peralatan perang seadanya dari bambu runcing, ketepel atau apa saja yang bisa dijadikan senjata. Tidak ada yang menjamin makan apa, makan di mana, makan diberi siapa, yang penting terus berjuang. Jalan kaki berkilo-kilo meter adalah hal biasa yang dilakukan pejuang untuk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, mengejar, menghindar atau menyiasati agar tidak tertembak penjajah, sengaja tidak meliwati jalan desa agar tidak bertemu berpapasan lansung dengan Belanda.
Masjid Miftahul Huda Ngaresrejo

Hingga pada akhirnya titik puncak perjuangan rakyat Indoonesia tidak sia-sia, proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada 17 Agustus 1945 membahana ke seluruh dunia disiarkan oleh Radio Republik Indoesia, didengar rakyat Indoesia.

Sekali merdeka tetap merdeka, tak ada sejengkal pun untuk mundur,  tak kan dibiarkan sejengkal tanah lepas kembali ke tangan penjajah, karena penjajah tidak rela jika Indonesia merdeka, maka terjadilah perang pertama setelah kemerdekaan di Surabaya yang terkenal dengna peristiwa 10 November.

Begitu dahsyat dan hebatnya pejuang Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka kini saatnya sebagai rakyak Indonesia harus mau menyukuri atas jerih payah pejuang jaman dahulu, dengan mengisi kemerdekaan dengan hal yang baik. Saat Hari kemerdekaan memasang bendera merah putih di depan rumah, umbul-umbul atau menghias gapura. Seperti yang dilakukan warga LDII Desa Ngaresrejo Kecamatan Sukodono Kab. Sidoarjo Jatim yang bernaung di bawah kepengurusan LDII Jatim juga memasang bendera dan baliho besar di tepi jalan depan masjid (3/8/17) sebagai wujud syukur pada pejuang atas pengorbanannya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, karena untuk bisa melaksanakan ibadah kepada Alloh SWT dengan nyaman butuh kondisi yang aman.

Miris rasanya saat hari kemerdekaan masih ada yang tidak memasang bendera merah putih. Padahal itu adalah sebagian kecil dari wujud syukur kita pada sang pejuang 45.

Saat ini semangat perjuangan 45 semakin luntur, banyak pemuda yang melupakan sejarah perjuangan rakyat Indonesia, lebih suka berfoya-foya dan berhura-hura. Kini saatnya dikobarkan lagi semangat 45 pada insan muda. (yus)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama